followers

Rabu, 01 Januari 2014

Cerita islami


assalammualaikum
good night

malam2 gini, sebelum tidur enaknya ngedongeng nih, ya kan ???
aku mau ngasih kalian cerita islami yang mengharukan..
 okey semoga kalian suka,,,

Berikut kisahnya :
   Pada siang hari itu, nampaklah seorang pemuda yang tampan memasuki perkampungan kaum nukha’ di kota kufah.  Pemuda itu seorang ahli zuhud yang sangat rajin beribadah. Saat singgah di perkampungan kaum nukha’ tersebut, tanpa sengaja matanya melihat seorang wanita muda berparas elok nan rupawan. Ia pun merasa tertarik padanya, ternyata hal yang sama juga di alami oleh sang wanita muda tadi.

Pemuda itu kemudian mengirim utusan untuk melamar wanita  elok tersebut, namun sayang sekali ayah wanita itu menolak karena wanita tersebut telah di jodohkan dengan sepupunya.
Lalu wanita itu mengirim utusan kepada pemuda ahli ibadah itu dengan sebuah pesan :
“Telah sampai ke padaku perihal kecintaanmu yang teramat dalam padaku dan cobaan ini sungguh berat bagiku. Jika berkenan aku akan mengunjungimu atau aku permudah jalan bagimu untuk datang ke rumahku”.
Setelah mendengar pesan dari sang wanita melalui utusannya sang pemuda pun menjawab : “dua-duanya tidak akan aku lakukan”. Lalu pemuda itu membacakan firman ALLAH, “sesungguhnya aku takut pada hari yang agung jika berbuat maksiat kepada Rabb-ku”.(QS az-zumar:13). “aku takut api yang lidahnya tidak pernah padam dan jilatannya yang tak pernah diam.”
Lalu kembalilah utusan itu dan di sampaikanlah apa yang di katakan oleh pemuda tersebut. Setelah mendengar apa yang di sampaikan oleh utusannya, wanita cantik itu pun berkata:
 “sekalipun yang aku lihat darinya demikian, namun rupanya dia juga seorang yang amat zuhud, takut kepada ALLAH, demi ALLAH, tidak ada seorang pun yang merasa dirinya lebih berhak dari orang lain untuk takut kepada ALLAH. Sesungguhnya semua hamba ALLAH dalam hal ini adalah sama”.
Kemudian wanita tersebut meninggalkan gemerlap dunia, membuang semua hal yang terkait dengannya, mengenakan pakaian sederhana yang terbuat dari bulu dan khusyuk menjalankan ibadah pada ALLAH SWT. Namun demikian, dia masih hanyut dalam kerinduan pada pemuda zuhud itu, hingga ia menjadi kurus kering karena cintanya, yang akhirnya dia meninggal dengan memendam rasa rindu yang teramat dalam.
Setelah wanita itu wafat, sang pemuda tampan yang zuhud itu, sering berziarah ke kuburnya. Suatu malam pemuda tersebut melihat wanita cantik itu dalam mimpinya dengan penampilan yang amat bagus, dia pun bertanya pada wanita tersebut :
”bagaimana kabarmu dan apa yang engkau temukan setelahku?”. Tanya si pemuda.
Wanita itu menjawab: “sebaik-baik cinta adalah cintamu wahai kasih, cinta yang menggiring pada kebaikan dan berbuat baik”.
“apa yang akan kamu tuju?”. Lanjut pemuda itu
“kenikmatan dan hidup yang tak ada habisnya di surga nan kekal, milik yang tak pernah punah.” Jawab sang wanita.
“ingat-ingatlah aku di sana karena aku tidak pernah melupakanmu.” Kata pemuda lagi.
“Demi ALLAH, akupun demikian, aku telah memohon kepada ALLAH, Rabb-ku agar menolongku atas hal tersebut.” Jawab wanita.
“ kapan aku bisa melihatmu?”. Kata pemuda.
“engkau akan mendatangi kami dalam waktu dekat”. Jawab wanita
Rupanya benar, tidak berapa lama setelah mimpi itu, hanya tujuh malam. Dia pun menyusul wanita itu, pulang ke rahmatullah. Semoga ALLAH merahmati keduanya.
 aduh, sad bgt 
mau lagi gk , nih ada .....
 nih ada cerpen islami....
ini aku ambil dari internet, yg menurut aku judulnya itu bagus dan isinya bagus jugak, semogahhhhh
SEGELINTIR CINTA DIHATIKU
Karya Ummy El Ma'ruf

Pagi ini,kuseruput secangkir kopi panas dihadapanku.Padahal,sekarang jatahku untuk tidur.Tadi malam,aku dan cs-ku baru saja rapat anggota FBI.Lelah rasanya.
“Tumben pagi-pagi sudah nongkrong Kang.”Yusuf menghampiriku.Kulihat dia menenteng sebuah buku.Lebih mirip sebuah nadhoman.Dia duduk disampingku.
“Iya Suf,suntuk dikamar terus.Mumpung liburan,pengen refreshing lah.”terangku. Sesekali,kuhisap rokok Dji Sam Soe pemberian Rohman tadi malam.Aku benar-benar belum bisa menghilangkan kebiasaanku yang satu ini.Susah sekali rasanya.”Eh Kang,denger-denger sampeyan mau nikah.Iya tho Kang?”Pertanyaan Yusuf mengingatkanku pada sebuah nama.Nama yang selalu hidup dalam hatiku.Sebuah nama,yang kuharap selalu abadi disana.”Kang,kok malah diam tho?”kejar Yusuf.Aku hanya tersenyum kecut melihatnya.”Ealah Suf,kamu denger dari siapa?Emangnya ada,wanita yang mau menikah denganku?”
“Kang,sampeyan nggaya nggak tahu,apa benar-benar nggak tahu?Aku ini sudah lama menjadi khodam Kang,sampeyan jadi idola di asrama putri.Sampeyan aja yang cuek banget gitu.”Yusuf berbicara panjang lebar.Aku kembali tersenyum mendengarnya.”Lha,emangnya aku harus gimana?Menyapa setiap santri putri yang berpapasan denganku?Ah,kamu ini.Ada-ada saja.”
“Bukan begitu Kang.Minimal sampeyan bukalah sedikit hatimu untuk seorang wanita.Ingat Kang,sampeyan sudah cukup umur lho.”Sudah berulangkali kudengar ungkapan seperti itu dari banyak orang.Terutama ibuku.Setiap beliau menelepon,yang ditanyakan bukan kabar atau keadaanku.Tapi hal itu lagi.”Gimana Le,apa kamu sudah punya calon?”Pertanyaan itu tak pernah lepas dari mulut ibuku.Aku bosan.Tapi maklum juga.Aku adalah putra pertama dikeluarga.Adikku Cuma satu.Aulia namanya.Dia baru duduk di bangku SMA.Ah,mereka tak tahu yang sesungguhnya.
***
Segelintir Cinta Dihatiku
Kupandangi sebuah foto kecil didalam kitab Ihya-ku.Wajah yang sangat cantik.Aku benar-benar jatuh hati padanya.Kelembutan dan kebaikan hatinya membuatku yakin,bahwa aku tak salah meletakkan namanya dihatiku.Mahira.Gadis yang pertama kali masuk di kehidupanku.Kuharap,dialah gadis terakhir dalam kehidupanku.Sudah lama aku mengenalnya.Dulu,aku dan Mahira sama-sama belajar di sebuah pesantren dekat rumahku.Hanya saja,hal itu tak berlangsung lama.Ibu menyuruhku untuk melanjutkan kuliah di kota santri ini.Tak pernah kusangka,aku kan bertemu lagi dengannya di kota ini.
“Kang Iful,sampeyan ditimbali Kyai di ndalem.”Yusuf datang mengagetkanku.Segera saja,kututup kitab Ihya-ku.Aku melangkah pasti menuju ndalem Kyai.Hatiku diliputi banyak pertanyaan.
***

Ternyata,Kyai menyuruhku untuk pulang.Kakekku sakit.Akhirnya aku manut saja.Setelah berkemas,aku pamit kepada Yusuf.”Wah,ini jangan-jangan mau ada yang lamaran yang Kang?”Yusuf menggodaku.”Lamaran opo tho Suf,sudah.Aku pamit.Salam buat kawan-kawan ya.Assalamu’alaikum.”
“Insya Allah.Kang.Hati-hati.Wa’alaikumsalam.”
Lamaran?Yang benar saja.Biarlah mereka berkata seperti itu.Jika tiba saatnya nanti,akupun akan menemui dirinya.Kan kuungkapkan semua padanya.
***

“Iful,kamu cucu kakek yang paling besar,jaga pesantren ini ya.”Setelah ngendika seperti itu,badan kakek lemas.Beliau telah kembali ke Rahmatullah.Suasana duka langsung menyelimuti keluargaku.Terutama ibu,beliau adalah putri kesayangan kakek.Apalagi,beliau juga baru kehilangan Abah setengah tahun yang lalu.
***

Sehari setelah kakek meninggal,ibu memanggilku.”Ful,ada sesuatu yang harus kamu ketahui.Sebelum meninggal,kakekmu telah menjodohkanmu dengan seorang gadis.Dia baik budi pekertinya,halus bicaranya,ibu suka sama dia.”Hatiku bergetar mendengar penuturan ibu.Pikiranku langsung tertuju pada Mahira.Haruskah aku manut pada wasiat kakekku,dan membunuh perasaanku terhadap Mahira?Lalu,mana rasa baktiku pada ibuku?Ya Allah,sungguh,aku tak tahu harus bagaimana.”Siapa dia Bu?”tanyaku.”Dia cucu teman kakekmu waktu nyantri di Kebumen.Mereka telah menjodohkanmu sejak kalian masih kecil.Namanya Arini.Kau pasti kenal dia Nak.”Arini?Siapa yang tak mengenalnya?Seorang gadis yang menjadi idaman banyak orang.Dia putri KH Ismail,pendiri Pesantren Darul Ulum Kudus yang kesohor itu.Tubuhku terasa lemas mendengar cerita ibu.Bagaimana mungkin aku mampu hidup dengan gadis seperti Arini?Siapa aku?Jika rencana kakek benar-benar terwujud,aku bukanlah akan menjadi suami yang baik untuk Arini.Aku mengukur diriku sendiri.”Bu,tidakkah ini terlalu cepat untuk Iful?”tanyaku pada ibu.Kulihat ibu mengernyitkan dahinya.”Terlalu cepat bagaimana Ful,ibu kira,kau sudah pantas untuk menikah.Apalagi yang kamu tunggu.Apa kau tidak cocok dengan Arini?Kurang apa dia Ful?Sudahlah,kamu manut saja.Ini pesan terakhir dari kakekmu.”Ibu meninggalkanku dalam sebuah pilihan.Ucapannya membuatku semakin tak berdaya.Arini terlalu sempurna,lagipula,sudah ada Mahira dalam hatiku.Duh Gusti,mengapa jadi seperti ini?Padahal,aku sudah berniat untuk mengkhitbah Mahira dalam waktu dekat ini.Tapi,mengapa waktu tak berpihak padaku?
***

Aku telah berulangkali melakukan sholat istikharah.Namun,tak sekalipun wajah Arini hadir dalam hatiku.Yang ada hanyalah Mahira,Mahira,dan Mahira.Sampai saat ini,seminggu sebelum pernikahan ku dengan Arini,gadis pilihan kakek dan ibuku.Arini tak secantik Mahira.Dia memang lembut,tutur bahasanya juga halus.Tapi,hatiku masih belum bisa terbuka untuknya.Aku masih terpaut pada wajah cantik Mahira.Mungkin,karna Mahira adalah cinta pertama yang mengakar dalam hatiku.Meskipun hingga saat ini,perasaan itu masih terpendam.Astaghfirullahal’adzim..Ya Robbi,bukankah seharusnya aku melupakan Mahira dan mencintai Arini?Gusti,bagaimana setelah menikah nanti,aku tak bisa mencintai Arini,istriku sendiri?Ataukah lebih baik,aku tak mendapatkan keduanya?
***

Kini,Arini telah resmi menjadi istriku.Ibu benar,dia gadis yang sholihah.Tapi,aku masih belum bisa mencintai Arini.Dihatiku hanya ada nama Mahira.Ya Tuhan,bagaimana ini bisa terjadi pada diriku?
Sampai beberapa bulan kemudian,Arini masuk rumah sakit.Aku tak tahu apa sebabnya.Selama ini,aku sibuk mengajar di pesantren peninggalan kakek.Jarang sekali aku berdua dengan Arini.Tapi kurasa,dia mengerti keadaanku.Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit,aku baru tahu.Ternyata,Arini menderita leukemia.Ya Tuhan,aku merasa berdosa padanya.Mulai saat itu,kucoba untuk lebih banyak meluangkan waktu bersamanya.Bukan karena aku cinta.Bukan.Aku masih belum bisa mencintai dia.Entah setan apa yang merasuk kedalam hatiku,sehingga aku belum juga bisa mencintai istriku sendiri.

Suatu ketika,Arini pingsan.Aku segera membawa Arini ke rumah sakit.Selama dua hari,Arini belum juga membuka matanya.Aku menjaganya seorang diri.Kupandangi wajah teduhnya.Kulihat,Arini mulai membuka matanya.
“Mas Iful.”panggil Arini lirih.Aku segera mendekatinya.Kucoba memegang tangannya.”Mas,aku tahu semuanya.Selama ini,Mas tidak pernah mencintaiku.Mas hanya mencintai Mahira.”Arini berhenti berkata.Aku hanya terdiam dan menundukkan kepalaku.
“Kalau bukan kakek yang menjodohkan aku dengan Mas,akupun tak ingin pernikahan ini terjadi.Aku tahu semuanya Mas.Mahira sahabatku.Selama ini,Mas masih menyimpan foto Mahira bukan?Maafkan aku Mas,aku mencintaimu.Aku tak ingin melihatmu terluka karena menikah denganku.Selama ini,aku berusaha menyimpannya dalam hati.Tapi kurasa,waktuku sudah semakin dekat.Aku ingin melihatmu bahagia Mas.Menikahlah dengan Mahira.”Ucapan Arini membuatku bagai disambar petir.Perlahan,air mata mengalir dipipiku.Benar-benar baru kusadari.Arini adalah surgaku.Perlahan tapi pasti,ada sesuatu yang masuk ke dalam hatiku.Nama Arini bersemayam disana.”Tidak Arin,aku akan selalu bersamamu.Sampai kapanpun.Aku ingin hidup bersamamu.Aku mencintaimu.”Kulihat Arini tersenyumPerlahan,kedua matanya tertutup.Arini telah pergi untuk selamanya.Itulah kata pertama dan terakhir yang kuucapkan padanya.Dunia terasa gelap.Aku telah kehilangan Arini.Tuhan telah mengambilnya dariku,dengan berjuta penyesalan yang ada dalam hatiku.
***
PROFIL PENULIS
Nama :Umi Kulsum
Alamat :Cilacap,Jawa Tengah
Alamat Facebook :Ummy El Ma'ruf

nah, itu adalah cerpen yg panjang yakan,,,
mau lagi gak,,,
judulnya : ikhlas dalam penantian  
 Karya: Vita NJ

Setelah menunggu setengah hari, akhirnya surat pengumuman kelulusan sampai juga, dan aku dinyatakan lulus, alkhamdulillah nilainya memuaskan. Begitu pula sahabatku Astrid. Kami sangat bahagia, tidak sia-sia usaha giat dalam belajar akhirnya membuahkan hasil yang maksimum.

Meneruskan jenjang pendidikan ke Perguruan Tinggi adalah rencana kita. Dari berbagai banyak pertimbangan, akhirnya kita memilih UIN Yogyakarta. Setelah dinyatakan diterima, kami pun mencari tempat tinggal. Tiba-tiba teringat akan nasihat Ibu tercinta,
“Nduk, carilah ilmu sebanyak-banyaknya, tidak hanya ilmu duniawi saja, tetapi ilmu akhirat pun harus dicari dan diamalkan. Tujuan hidup kita adalah bahagia dunia akhirat. Jagalah diri kalian masing-masing dan hiduplah dilingkungan orang-orang yang sholeh, ibu hanya bisa mendoakan dari sini. Semoga kalian sukses dunia akhirat.” Di ucapkan dengan suara halusnya.
Ikhlas Dalam Penantian
Akhirnya kami memutuskan untuk tinggal di sebuah pesantren yang letaknya tidak jauh dari kampus kami. Astrid adalah sahabat dekatku, sejak SD,SMP,SMA, bahkan sekarang di PT kami pun bersama. Suka duka kami rasakan bersama. Tetapi ada satu hal yang membedakan kami, yaitu masalah percintaan. Astrid jagonya dalam menggaet cowo manapun yang disukainya. Hampir tidak terhitung berapa banyak cowo yang di deketin. Beda halnya dengan aku, aku belum berani untuk bermain-main dengan hati. Entah aku tidak peduli dengan orang-orang yang menganggap aku tidak butuh seorang pendamping hidup. Yang aku pikirkan saat ini belajar dengan sungguh-sungguh.
***

Hari pertama masuk pesantren membuat aku terkejut dengan keadaan di pesantren, aku yang terbiasa hidup dalam keadaan rapi, suasana yang tenang, kini semua itu berbanding terbalik. Sungguh membuat aku ingin pingsan seketika. Barang-barang berserakan tidak jelas dimana tempat aslinya, disetiap sudut-sudut tembok terdapat tumpukan baju yang tidak rapi, entah itu baju bersih atau kotor, keadaan kamar mandi yang begitu menjijikan membuat aku tidak ingin memasukinya. Ya Allah inikah tempat yang di inginkan Ibu untuk aku tempati..?? sejenak aku menganggap Ibuku kejam, tega membiarkan anaknya hidup dalam keadaan seperti ini. Tetapi pikiran buruk itu aku buang jauh-jauh, karena aku yakin Ibuku ingin aku menjadi anak yang terbaik.
“Apa kamu yakin mau tinggal ditempat ini?” tanya Astrid kepada ku..
“Yakin..! kenapa tidak.....?” dengan tegas aku menjawabnya.

Mendengar jawabanku yang meyakinkan, Astrid pun ikut yakin untuk tinggal di pesantren ini. Kami berdua berjalan mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi belum ketemu-ketemu, karena tempatnya begitu luas. Tiba-tiba ada seorang santriwati menghampiri kami,
“Assalamu’alaikum ya ukhti..?”
“Wa’alaikumsalam.. ukhti..”
“Afwan, ukhti-ukhti ini santri baru ya?”
“Ia benar, perkenalkan saya Keyla dan ini teman saya Astrid, kami sedang mencari kamar yang disediakan untuk kami. Tetapi kami belum menemukannya..”
“Ohh..saya aminah, afwan ukhti ! sebaiknya ukhti soan ke ndalem dahulu.. nanti disana bertemu dengan Abah dan Umi. Nanti baru kami tunjukan kamar yang bisa ukhti tempati..”
“Soan ? Ndalem?” Astrid seketika terkejut.
“Ya ukh, soan itu seperti halnya orang bertamu, sedangkan ndalem itu tempat tinggalnya Kyai. Mari saya antar ke ndalem”

Aku dan Astrid saling menatap dan tersenyum bersama, dan akhirnya kami ikuti santriwati itu ke ndalem. Letaknya tidak terlalu jauh dari asramanya. Sesampainya di depan ndalem lalu santriwati itu mengetuk pintu, dan mengucapkan salam. Melihat sikap dan tingkah laku santriwati itu sangat sopan. Kami heran, di zaman Agnes Monica ternyata masih ada orang seperti Siti Nurbaya.
“Assalamu’alaikum.....??”
“Wa’alaikumsalam..” dari arah dalam Umi menjawab salamnya.
“Ngapunten Umi, niki wonten santri enggal bade soan.”
“Ya silahkan masuk, sebentar nunggu Abah ya.”
“Nggihh...” kami serentak menjawabnya.
Aku dan Astrid hanya diam dan tersenyum ketika mendengar percakapan diantara Bu nyai dan santrinya.

Abah pun keluar, dan kami duduk di ruang tamu bersama Umi dan Abah. Aku memulai pembicaraannya dengan sedikit deg-degan karena berhadapan dengan seorang Kyai.
“Maaf Abah Umi, kita dari Semarang. Perkenalkan nama saya Keyla Nur Istiqomah, dan ini teman saya Astrid Pangesti. Kami berniat untuk masuk ke pesantren ini”
“Ya kami ucapkan selamat datang. Yang terpenting ketika belajar dipesantren adalah sabar dan istiqomah, insya Allah bisa dan semoga ilmunya bermanfaat.”

Itulah sepenggal nasihat dari Abah. Setelah mendengar berbagai nasihat dan cerita dari Abah dan Umi. kami pun pamit dan menuju ke asrama. Tiba-tiba Umi menghentikan langkah kami.
“Sebentar mba Keyla, di ndalem ada kamar kosong, berhubung putri kami sekarang kuliah di Amerika. Ada baiknya jika kamarnya diisi mba Keyla dan mba Astrid. Bagaimana?”

Sejenak kami berdiam, dan serentak menyetujui tawaran Umi untuk tinggal di ndalem. Karena pertimbangan dari pada kamarnya kosong, sedangkan di asrama sepertinya penuh, jadi untuk sementara kami disuruh untuk menempatinya untuk menggantikan anak bungsunya yang sekarang kuliah di Amerika.
“Ternyata jika hati kita ikhlas menerimanya, maka kita diberikan yang terbaik untuk kita, buktinya kita menempati tempat yang nyaman dan bersih seperti ini.” Astrid hanya tersenyum mendengar ucapanku.
Kami mulai merapikan barang-barang kami. Dan tidak terasa waktu ashar pun tiba, kami siap-siap berangkat jam’ah dan memulai aktivitas mengaji. Diawal pertemuan kami pun memperkenalkan diri kami di depan banyak santri. Ternyata begitu banyak santrinya, ada yang masih kecil ada yang remaja dan ada yang dewasa. Jelas saja karena pesantren ini dibuka untuk umum.
***

3 tahun sudah aku dan Astrid menetap di pesantren. Kuliah pun berjalan dengan lancar. Kini aku semester 7, itu artinya harus lebih giat dan serius untuk menggarap skripsi.

Tiba-tiba Astrid menepuk punggungku dengan tangannya ketika aku sedang duduk asik sambil baca buku.
“Key, kamu tau tidak, santri-santri sedang asik berbincang-bincang tentang apa?”
“Tidak, memang apa? Awas loh jangan nggosip lagi seperti kemarin-kemarin. Ntar kamu yang terjebak sendiri...!” aku mewanti-wanti sahabatku karena memang kupingnya diman-mana.
“Kata santri, bentar lagi putra Abah yang di kairo pulang.”
“Ah kata siapa kamu? memang Abah punya putra yang di kairo?”
“Yaah sahabatku yang satu ini ketinggalan berita. Abah memang punya putra yang kuliah di kairo, sudah 4 tahun belum pernah pulang. Denger-denger si ganteng. Heheeee..”
“Mulai deh kamu. Cowo mana aja kamu gebet...” Ledek ku pada Astrid.
“Biarin. Awas loh kalo kamu sampai naksir.”
“Astrid senyum-senyum sendiri, sepertinya dalam pikirannya membayangkan yang aneh-aneh.”
“Ketimbang kamu naksir sama orang yang belum jelas, siapa itu namanya? Zulfi ya. Hanya sekedar di dunia maya. Kalau cowo itu gentle, pasti dia sudah menemui kamu. Coba kamu pikir key, sudah 2 tahun lamanya kamu dekat dengan cowo, dan itu pun hanya dalam sebuah jejaring sosial Facebook. Sedangkan kamu belum tau wujud aslinya seperti apa, keluarganya bagaimana. Kapan kamu bertemu? “Dan yang aneh lagi kenapa kamu bisa suka dan mempertahankan dia. Padahal cowo-cowo yang ada di sekitar kita banyak yang ngantri buat ndapetin kamu. Tapi sayang tidak ada yang kamu respon satupun. Kamu sadar gak sih key....???” Dengan panjang lebar Astrid berusaha menyadarkanku.
“Aku tidak tahu kenapa aku bisa mempunyai keyakinan dengan Zulfi. Meskipun hanya di dunia maya. Aku nyaman, aku tenang, aku baru merasakan perasaan seperti ini. Kamu tahu aku belum pernah berpengalaman dekat sama laki-laki. Mungkin ini kuasa Allah. Belum saatnya untuk bertemu dengannya. Aku terus berharap suatu saat nanti aku bisa bertemu dengannya.”
“Mau sampai kapan key?? “
“Aku hanya bisa sabar, dan menanti takdir Allah. Sudah lah kamu tidak perlu pusing memikirkan aku ya. Aku punya sahabat sepertimu saja sudah merasa bahagia, dan cukup untuk menjadi teman keluh kesah, canda tawa. Aku sayang kamu Astrid.....”sambil memeluknya aku teteskan air mata dipipiku.
“Aku juga sayang kamu key, kamu sahabat terbaik ku. Aku tidak akan pernah melupakanmu. Jika memang menanti laki-laki itu membuat kamu bahagia, akupun ikut bahagia. Sudah ya jangan nangis lagi. Ayo dong senyum.” diusaplah airmata dipipiku olehnya. Dan setelah itu kami tersenyum bahagia.
***

Ternyata benar apa yang dikatakan Astrid 1 minggu yang lalu. Putra Abah pulang.
“Astrid !!! benar apa yang kamu katakan 1 minggu yang lalu, putra Abah pulang, nanti sore insya Allah sampai di rumah. Tadi pagi Umi bilang padaku kalau putranya pulang dan diperkirakan sampai rumah nanti sore. Jadi kita disuruh nyiapin makanan untuk nanti sore.”
“Asiiik, akhirnya aku ketemu cowo ganteng. Hhehe..”Astrid kegirangan.

Terdengar suara mobil didepan. Seorang laki-laki berpostur tubuh tinggi berkulit putih dengan wajah yang menenangkan jika dipandang, dan senyuman yang sangat manis turun dari mobil, dan mencium tangan Abah dan Umi. Apakah dia putranya yang digemari banyak santriwati.? Aku dan Astrid mengintip dari jendela.
“Waahhh gantengnya,, lihat key.!! Memang benar-benar ganteng ya.,” Astrid memujinya.
Abah Umi dan putranya duduk bersama di ruang tamu, terlihat sangat bahagia karena putranya yang dibanggakan akhirnya pulang dengan selamat. Karena sekitar 4 tahun mereka tidak bertemu, dan akhirnya rasa kangen yang terobati dengan kembali berkumpul.

Aku dan Astrid mengantarkan minuman keruang tamu. Aku hanya bisa menundukan kepalaku, karena rasa malu yang luar biasa, dan jantung yang berdetak begitu kencang membuat aku nerves ketika mengantarkan minuman. Astrid ada di depanku membawa makanan ringan.
“Terimakasih, ini santri-santri yang tinggal di sini.” Ucap Umi memperkenalkan kami pada putranya.

Setelah selesai menyuguhkan makanan dan minuman, kami pun kembali ke kamar. Astrid senyum-senyum terus karena merasa senang bertemu dengan laki-laki ganteng.
“Ganteng banget key, aku benar-benar menyukainya. Aku memimpikan punya pendamping hidup seperti dia key. Bagaimana menurutmu key?”
“Apa dia mau sama kamu,, hehe” nadaku bercanda.
“Ah kamu, sahabat lagi bahagia palah di ledekin, gak asiik ah.,” kesal Astrid padaku.
“Sudah-sudah yuk belajar, besok ujian kan..” ajaku pada Astrid.
***

Sebelum aku baringkan tubuhku diatas ranjang, tiba-tiba aku ingin membuka Facebook, barangkali ada pesan dari Zulfi, laki-laki yang selama ini ada di hatiku. Dan ternyata benar dia kirim pesan.
“Keyla, aku sekarang sudah di indonesia, 2 hari yang lalu aku sampai dirumah. Bagaimana keadaanmu, baik-baik saja kan? Aku ingin bertemu. Aku tunggu besok ba’da dhuhur di masjid Ar-Rahman dekat pesantren kamu. Aku harap kamu bisa datang. Aku ingin perkenalkan kamu pada orang tuaku.”

Aku kaget, senang, takut, campur aduk gak jelas. Entah apa yang akan aku lakukan. Sampai malam pun aku tidak bisa tidur karena teringat pesan itu. Dan akhirnya aku ambil air wudhu dan shalat tahajud.
“Ya Allah Dzat yang Maha membolak mbalikan hati,
Aku serahkan semua urusanku padaMU
Berikanlah yang terbaik untukku ya Rabb
Jika memang laki-laki yang aku nanti adalah jodohku
Maka berikanlah kesabaran dalam penantianku
Dan jika laki-laki yang aku nanti bukan untukku
Maka balikanlah hati ini, dan berikanlah rasa ikhlas”
Setelah selesai bermunajat hati dan pikiranku mulai tenang.
Waktu dhuhur telah tiba, kini saatnya aku siap-siap untuk menemui Zulfi ditempat yang di janjikan. Astrid tidak mengetahui pertemuanku dengan Zulfi, karena aku takut dia marah-marah pada zulfi yang telah menggantungkan perasaanku selama 2 tahun. aku datang menemui Zulfi sendirian.

Ketika aku sampai di masjid, aku terkejut seketika. Di dalam masjid ada Abah, Umi, putranya dan ternyata Astrid juga ada dan beberapa santri. Aku bingung kenapa mereka semua berkumpul disini, apa mereka tahu kalau aku mau menemui laki-laki yang aku nanti? Lalu aku berjalan mendekati mereka.
“Keyla, sini mendekat.” Ucap Umi memanggilku untuk mendekat.
“Apa kamu mencari sosok laki-laki yang menjajikan akan menemuimu di masjid ini?”
“Benar Umi..”
“Ini laki-laki yang selama ini kamu nanti, anak Umi, namanya Ahmad Zulfikar. Umi sudah mendengar banyak cerita dari Astrid. Kesetiaanmu menunggu pasangan hidupmu kini sudah terjawab. Umi bangga kepadamu. Kamu begitu sabar menantinya. Ahmad juga sering cerita sama Umi lewat telfon kalau dia mengagumi seorang perempuan. Dan tidak disangka kalau ternyata perempuan itu akan nyantri dipesantren ini. Makanya untuk mengenal lebih dekat kami tempatkan kalian di ndalem” Umi menceritakan kejadian sebenarnya.
Aku semakin bingung dengan keadaan ini semua. Ingin rasanya lari meninggalkan masjid ini, tapi sulit bagiku. Aku pun hanya terdiam dalam wajah kebingungan.

Zulfi pun angkat bicara,
“Aku lah Zulfi Key, mau kah kamu menyempurnakan separuh agamaku??”

Detak jantungku semakin kencang, mulut tidak bisa berucap sekatapun. Hanya kedua mataku yang langsung mengarah ke Astrid sahabatku. Karena aku tau kalau dia mengharapkan untuk menjadi pendamping Gus Ahmad. Astrid mendekatiku,
“Tenang sayang, aku hanya mengaguminya, dia untukmu. Aku bahagia akhirnya laki-laki yang kamu nanti sudah jelas wujudnya sekarang. Dan dia melamarmu key. Ayo ini saatnya kamu ungkapkan perasaanmu yang sudah lama kamu pendam key”
“Bagaiman key,” tanya Zulfi.,
“a..a...a.kuu terima...” jawabku gemetar.
“Alkhamdulillah...” serentak orang yang ada didalam masjid. Kini aku merasakan suasana yang selalu bahagia mengiringi langkahku untuk melewati hari demi hari.
Seusai wisuda, Zulfi, yang sekarang aku panggil Gus Zulfi, karena dia putra Kyai, datang kerumah dan segera diselenggarakan acara Ijab Qobul.
Mungkin ini yang dinamakan barokahnya berbakti kepada orang tua, yang pada akhirnya aku hidup di pesantren, sehingga aku bisa bertemu dengan cinta sejatiku. Dan keikhlasan dalam menanti akhirnya berbuah manis.
***
Purwokerto,15 februari 2013
PROFIL PENULIS
Biodata Pengarang:
Nama lengkap : Vita Nurjanah
Nama Pena : Vita NJ
Email : vitanurjanah55@yahoo.com
Facebook : vieta tiswiee
Pendidikan: Stain Purwokerto

nah, itu aja ya guys, semoga kalian senang dgn ceritanya
TERIMA KASIH
D.R


Tidak ada komentar:

Posting Komentar